Jumat, 14 Oktober 2011

Hitam & Putih (part 2)

 lanjutan kemaren...
11-September-2001
                Sepulangnya dari sholat magrib, aku membaca koran sambil ditemani secangkir kopi hangat dan biskuit, kulihat sebuah berita yang membuatku cemas: tiga dari empat pesawat menabrak gedung World Trade Centre I, World Trade Centre II, dan gedung Pentagon di New York.
“Astaga! Gabriel tinggal didekat sana.” aku bergumam dalam hati. Aku langsung berlari ke ruang tamu, menyalakan tv dan laptop, kulihat beritanya di salah satu stasiun tv. Aku segera duduk di kursi kerjaku kemudian mengirim email ke Gabriel.
“Gabriel aku lihat di tv, gedung WTC ditabrak pesawat teroris, benarkah itu? Tolong balas secepatnya?”
Aku gelisah, kualihkan pandanganku dari laptop ke tv, kulihat gedung itu benar- benar hancur, pikiranku semakin kacau. Ditengah kepanikan tiba-tiba ada email masuk, aku segera menghampiri laptopku dan kulihat ada pesan.
“Terimakasih atas perhatiannya Mikhail, puji tuhan di apartemenku tidak terkena runtuhan gedung dan pesawat.”
“Bagaimana keadaan orang tuamu? Mereka baik-baik saja?”
“Aku tidak mendapat kabar dari mereka, tolong bantu doa.. Aku baru saja mau mencari mereka.”
“Astaga... baiklah, semoga tidak terjadi apa-apa... Amin.”
“Amin.”ia mebalas singkat.
                Setelah membaca pesan terakhir aku duduk di sofa sambil melihat berita tentang tragedi World Trade Centre itu, dari tv aku bisa melihat dan mendengera suara jeritan yang memilukan dan orang panik dimana-mana. Kumatikan tv itu, kemudian aku terduduk di depan laptop, menunggu email dari Gabriel. Tiba-tiba ada email masuk.
“Mikhail, ini buruk sekali!”
“Ada apa Gabriel?” aku tahu maksud email itu, tapi aku masih berharap ia bercanda seperti dulu.
“Orang tuaku meninggal.”
“Astaga... aku turut berduka cita Gabriel.”
“Terima kasih. Mikhail, sekarang aku akan mengurus jenazah orang tuaku dulu, sampai nanti.”
18 Februari 2003
Awal Penyerangan Amerika ke Irak
                Setelah kejadian tragedi 11 September 2001 aku dan Gabriel masih keep in touch. Gabriel memang orang yang tegar, bagaimanapun juga ia mampu menaklukkan emosinya. Memang sebagian orang yang mengenal Gabriel menganggapnya orang yang kaku dan dingin, tapi bagiku dia orang yang hebat.
Pukul 02.00 dini hari. Aku menyalakan laptopku untuk memantau saham perusahaan orang tuaku. Lumayanlah, hari ini haga saham lapis dua naik menjadi 20 Dollar Amerika. Aku menyandarkan tubuhku ke kursi kerja. Ketika sedang bersantai-santai, aku dikejutkan dengan email yang dikirim Gabriel.
“Dear Mikhail, hari ini aku mendapat kabar kalau Amerika akan menyerang Irak, sebaiknya kau menjauhi kota besar. Kalau bisa tolong balas sekarang.”
“Kau bercanda? Disini masih tenang-tenang saja” kubalas emailnya dengan tergesa.
“Mikhail, aku tidak berbohong, sebaiknya kau ajak keluargamu pergi dari Afghanistan ketika masih sempat.”
“Hei, ini bukan April Mop, liat kalendermu.” ku balas singkat.
                Ketika pesan itu baru kukirim tiba-tiba terdengar suara bising yang sangat memekakkan telinga Aku berlari keluar dan kemudian melihat ke langit, ternyata banyak pesawat-pesawat pengebom Amerika Helikopter Black Hawk 101st. Aku segera menelpon orangtuaku yang sedang dalam perjalanan pulang, tapi tidak dijawab, kuulangi beberapa kali.
“Mungkin tidak ada sinyal” ujarku dalam hati.
Aku segera mengemas beberapa perkakas kerjaku, dokumen, dan surat-surat berharga.
Kukirim email ke Gabriel, “Gabriel, kau benar... Mereka sudah di Kuwait”
“Bagaimana keadaanmu?”
                Aku tidak membalas email dari Gabriel yang terakhir. Kubawa laptopku kemudian kumasukkan kedalam mobil. Ditengah perjalanan aku terus menelpon orangtuaku, aku takut kehilangan mereka. Rasanya ini terlalu cepat. Kupacu mobilku kearah Kuwait, tiba-tiba terdengar dentuman keras lagi. Aku semakin panik, kemudian kulihat pemandangan mengerikan yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Pasukan-pasukan Amerika, dan beberapa penduduk sipil sedang adu tembak-menembak. Ketika sedang memutar ke jalur alternatif, ban mobilku tertembak.. Aku gugup, kemudian mobilku menabrak pohon. Pandanganku kabur, apakah aku akan mati disini?
Setelah Gue revisi berkali-kali ternyata baru sadar kalo cerpen ini kayak sinetron-sinetron gitu.
 bersambung besok lagi ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar